Jumat, 31 Oktober 2008

Kord dan Lagu Peterpan

Mimpi Yang Sempurna, Walau Habis Terang, Bintang Di Surga, Tak Bisakah, Di Belakangku, Yang Terdalam, Aku dan Bintang, Ada Apa Denganmu, Dilema Besar

Mimpi Yang Sempurna
Em C G D
Mungkinkah bila kubertanya, pada bintang-bintang
Em G D Em C G D
dan bila ku mulai merasa bahasa kesunyian
Em C G D
salahkah aku yang berjalan dalam kehampaan
Em C G D
terdiam terpana terbata semua dalam keraguan

Reff:
Em C G D Em C G D
a...ku dan semua yang terluka karena kita...
Em C G D Em
a..ku kan menghilang dalam pekat malam
C G D
lepas kumelayang
Em C G D Em
biarlah ku bertanya pada bintang-bintang
C G
tentang arti kita
D
dalam mimpi yang sempurna

Walau Habis Terang
Bm F#m G D
Ku terbiasa tersenyum tawa, walau..a..a..hatiku menangis
Bm F#m G D
kaulah cerita tertulis dengan pasti, selamanya dalam pikiranku

B#m F#m G D
peluk tubuhku untuk sejenak, dan biarkan kita memudar dengan pasti
B#m F#m G D
biarkan semua seperti seharusnya, takkan pernah menjadi milikku

G A
lupakan semua, tinggalkan ini
G A
ku kan tenang..dan kau kan pergi

reff:
D A Bm G
berjalanlah walau habis terang, ambil cahaya cintaku terangi jalanmu
D A Bm G D
di antara beribu lainnya, kau tetap benderang..kau tetap benderang..a..a...

Bintang Di Surga
Am F
masih kumerasa angkuh, terbangkan anganku jauh
C E
langit kan menangkapku, walau ku terjatuh

Am F
dan bisa semua tercipta,tanpa kumerasakan
C E
semua yang tercipta, hampa hidup terasa

** F C
bagai bintang di surga dan seluruh warna
E G
dan kasih yang setia dan cahaya nyata
F C
o....bintang di surga berikan cerita
E G
dan kasih yang setia dan cahaya nyata

Am F
lelah tatapku mencari, hati untuk ku berbagi
C E
menemani langkahku namun tak berarti
Am F
dan bila semua tercipta tanpa harus kumerasakan cinta yang tersisa
C E
hampa hidup terasa

Tak Bisakah
Am D
Hatiku bimbang namun teteap pikirkanmu,
F G
selalu, slalu dalam hatiku
Am D
kumelangkah sejauh apapun itu
F G
selalu kau di dalam hatiku
Am D
* kuberjalan berjalan memutar waktu
F G
berharap temukan sisa hatimu
Am D
mengertilah kuingin engkau begitu
F G
mengerti kau di dalam hatiku
C Em F G
*** tak bisakah kau menungguku, hingga nanti tetap menunggu
C Em F G
tak bisakah kau menuntunku, menemani dalam hidupku *
Am D
telah kau mencari hidupku
F G
kemana kau tahu isi hatiku
Am d
tunggu sejenak aku di situ
F G
jalanku jalan menemukanmu ***

Di Belakangku
Am Em F G
Kau peluk aku, sebelum membunuhku
Am Em F G
tersenyum melihatku merenung melihatmu
Am Em F G
ho...o..ooodi belakangku...di belakangku....di belakangku...

Am Em F G
kau menungguku, menunggu kuterjatuh
Am Em F G
setiap langkah tertuju sekedar merenungku

C Am F G
aku menunggumu...menunggumu...menunggumu
C Am F G
mati di depanku...di depanku...di depanku

F C D Am
apa yang kau lakukan di belakangku
F C D Am
mengapa tak kau tunjukkan di hadapanku

Yang Terdalam

C F G C
Kulepas semua yang kuinginkan, tak akan kuulangi
C F G C
Salahkah jika kau kusayangi, dan bila ku menanti
C F G C
Pernahkan engkau coba mengerti, lihatlah ku di sini
C F G C
mungkinkah jika aku bermimpi, salahkah ku menanti

C F G C
takkan lelah aku menanti..tak kan hilang cintaku ini
C F G C
hingga saat kau tak kembali...kan ku kenang di hati saja

C F G C
kau telah tinggalkan hati yang terdalam
C F G C
hingga tiada cinta yang tersisa di jiwa

Aku dan Bintang

C G Am C G Am
Lihat ke langit luas dan semua musim terus berganti
C G Am F C G
tetap bermain awan, merangkai mimpi dengan hayalku
F C G
selalu bermimpi dengan dengan hariku

C G Am C G Am
pernah kau lihat bintang, bersinar putih penuh harapan
C G Am F C G
tangan halusnya terbuka, coba temani dekati aku
F C G
slalu terangi gelap malamku

F C Am C F
**dan rasakan semua bintang memanggil tawamu terbang ke atas
C Am G
tinggalkan semua, hanya aku dan bintang
F C Am C F
yang terindah meski terlupakan dan selalu terangi dunia
C Am G
mereka-reka, hanya aku dan bintang

Ada Apa Denganmu

A E
Sudah maafkan aku, segala salahku
A E
dan bila kau tetap bisu ungkapkan salahmu
D A D A
dan aku sifatku dan aku khilafku, dan aku cintaku, dan aku rinduku

A E
sudah lupakan semua, segala berubah
A E
dan kita terlupakan kita terluka

A D
**kutanya malam dapatkah kau lihatnya perbedaan yang tak terungkapkan
D F#m A E
tapi mengapa kau tak berubah, ada apa denganmu
D A
hanya malam dapat meleburkan segala rasa yang tak terungkapkan
D F#m A E
tapi mengapa kau tak berubah, ada apa denganmu

Dilema Besar

G Bm C G D
Mulai terasa lelah aku bertahan, terlalu lama kau terdiam, terlalu lama kau meradang cinta
G Bm C G
berapa besar yang kudapatkan, tak selamanya ku mengalah, tak selamanya ku diam
G Bm C G D
harus berapa lama terus berjalan, dalam hati tak teryakinkan, segalanya kan berubah...oh....

G Dm Am C G
**bawa ku pergi dari ini di tempatku berpaling
Dm Am C G
dan bila ku pergi dari ini akankah kau kembali....

Dm Am D F G
kudapat menerima..............tapi tak mengerti...

Readmore »»

Kamis, 24 Juli 2008

Ariel

Ariel, lagumu lagu hidupku

Ini adalah biasa
Tidak berlebihan dan bukan dusta
Andai saja bisa kuucapkan semua kataku
Tidak perlu ada Ariel di dalam diriku

Kata-kata adalah kehidupan, hidupku ada di dalam setiap lirikmu
Jangan pernah berhenti berkata
Syair lagumu adalah cermin hidupku
Maka akan terus kudengar lagumu
Ariel, lagumu lagu hidupku




Ketika ku bersedih, akan ku dengar lagumu, ku tahu ku tidak sendiri
Ketika ku kecewa, akan ku nyanyikan lirikmu, ku tahu itu bukan masalahKetika ku jatuh, akan ku lihat kau bernyanyi, maka aku kan bangun

Kamu ada di dalam diriku
Tidak pernah ada yang berkata sepertimu
Mengapa kau mampu mengatakan semuanya?
Lagumu adalah puisi kedua hidupku

Membasuhkan embun larutkan nyayian malamku....

Readmore »»

Selasa, 29 April 2008

Mataku

Banyak hal yang diberi Tuhan pada manusia, di antaranya adalah indera. Manusia telah menggunakan kemampuan inderanya sejak lahir. Dan ini kadang-kadang membuat manusia menjadi terbiasa dengan seluruh nikmat itu. Kita diberi kemampuan melihat, mendengar, merasakan, berbicara, dan berpikir. Namun, karena telah terbiasa dengan segala karunia itu, kita menjadi terbiasa memilikinya tanpa bersyukur. Bisa mendengar, tidak lagi menjadi hal yang luar biasa, karena banyak orang memiliki telinga untuk mendengar. Begitu pula dengan kemampuan mencium bau dan mengecap sesuatu. Semua itu menjadi biasa saja. Jika ada orang yang sangat membanggakan kamera canggihnya, maka pastinya ia lebih bangga lagi pada matanya. Karena mata adalah organ yang jauh lebih rumit daripada kamera tercanggih sekalipun.


Untuk melihat benda, mata memiliki jutaan sel pendukung. Dan untuk mengirimkannya kepada otak agar kita menyadari penglihatan kita, dibutuhkan lebih banyak lagi sel-sel saraf. Pada retina terdapat sekitar 1.600.000 serabut saraf yang membawa informasi ke otak. Di depan dan belakang lensa mata, terdapat dua rongga yang berisi cairan bening. Rongga di depannya berisi cairan kental bening seperti air dan rongga di belakangnya berisi cairan kental agak keruh seperti putih telur. Titik-titik yang tampak mengapung di medan penglihatan setelah memandang sinar terang adalah sel-sel yang tersisa sewaktu berlangsung proses pembentukan mata. Sel-sel ini akan tetap mengapung dalam cairan rongga itu seumur hidup. Cairan bening yang mengisi rongga depan mata berganti baru setiap jam. Tidak hanya itu, pada kelopak mata terdapat kelenjar air mata atau kelenjar lakrimalis yang mengeluarkan air mata untuk menyiram permukaan luar mata secara teratur. Air mata ini mengandung lisosim, suatu zat pembunuh kuman. Untuk itu mata akan berkedip 6-10 kali per menit dalam keadaan normal dan lebih sering sewaktu mata letih.

Dengan semua kerumitan itu, amat disayangkan jika akhirnya melihat tidak lagi menjadi hal yang istimewa hanya karena hampir setiap orang memiliki mata yang bisa melihat. Walaupun melihat bukanlah kemampuan yang langka, tapi tidak satu pun manusia yang siap diambil kemampuan penglihatannya, pendengarannya dan indera lainnya. Ini menunjukkan betapa berartinya indera bagi kita. Amat disayangkan jika manusia lupa mensyukurinya.

Banyak dongeng-dongeng menarik tentang pentingnya panca indera. Banyak idiom-idiom di negeri ini menggunakan salah satu alat indera.Namun kata ‘mata’ lah yang paling banyak digunakan. Mata hati, mata air, mata uang, saksi mata, buta mata, mata rantai, mata kuliah, mata-mata, matahari dan banyak lagi kata ‘mata’ digunakan untuk menyebut istilah yang memiliki arti penting. Ini menunjukkan fungsi dominan mata dalam seluruh aspek kehidupan manusia.

Sebuah penelitian di Turki mengatakan, kegiatan belajar mengajar yang lebih banyak menggunakan fungsi mata (visual), terbukti lebih baik daripada belajar dengan menggunakan pendengaran atau media auditori.
Marilah kita pikirkan, manakah yang lebih berharga, wujud mata ataukah fungsi mata? Ini adalah sebuah pertanyaan sederhana yang membutuhkan jawaban yang bijak. Yaitu jawaban dari hasil proses berpikir. Tentunya, tak satu pun orang yang mau memiliki mata yang buta, tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Tapi, apakah kita memang benar-benar lebih memelihara fungsi mata daripada wujud mata? Bisa jadi harga eye shadow Anda lebih mahal dari harga pemeliharaan mata Anda. Jika demikian, tanpa disadari, itu artinya wujud mata lebih penting dari fungsinya.

Mata yang sehat pastinya berfungsi dengan baik. Memelihara kesehatan mata adalah titik awal rasa syukur kita kepada Tuhan yang telah memberi mata untuk melihat. Karena melihat adalah langkah awal dari sejuta langkah berikutnya. Berkarya, berkreatifitas dan banyak karsa bisa kita lakukan bagi kehidupan ini. Dan ini menjadi ungkapan terimakasih terindah yang bisa kita lakukan. Dan bagi saya, penghargaan pada apa yang telah diberi Tuhan, berupa penglihatan ini, menjadi landasan berpijak seumur hidup saya. Mata telah memberi pelajaran yang amat berharga bagi hidup saya. Dan Tuhan telah memberi pelajaran ini dengan caraNya sendiri dan pada waktu yang tak diduga.

Suatu malam di bulan Februari 2004, di perempatan jalan yang tidak begitu ramai, saya menyeberangi jalan. Waktu itu lampu pengatur lalu lintas masih menyala merah. Artinya, penyeberang jalan bisa dengan aman menyeberang jalan. Namun ternyata tidak, sebuah mobil dari ruas jalan lainnya mendahului mobil di depannya dan melaju kencang ke arah jalan tempat saya menyeberang. Dan, brakk...mobil itu menabrak tubuh saya dengan amat keras, membuat saya terlempar jauh dari sisi jalan raya. Tidak sadarkan diri. Orang-orang berkerumun berusaha menyelamatkan nyawa saya, mereka membawa saya ke rumah sakit terdekat. Pihak kepolisian setempat menghubungi keluarga saya di luar kota berdasarkan nomor telepon yang tertera di telepon selular saya.

Sejak kejadian itu saya mengalami koma selama sepuluh hari. Suami dan seluruh keluarga saya menunggu dengan cemas. Saya dan suami baru saja menikah tiga bulan. Seminggu setelah menikah, dia pergi melanjutkan tugasnya di seberang pulau. Saat itu sudah dua bulan saya tidak berjumpa dengannya. Saat saya koma adalah pertemuan pertama kami setelah akad nikah.Setelah sadar, itulah puncak terkabulnya doa suami dan seluruh keluarga kami. Namun ternyata bukan puncak pengabulan doa bagi saya. Saya mengalami amnesia ketika sadar namun akhirnya berangsur-angsur pulih. Beberapa bulan setelah sadar, dokter mengatakan ada masalah pada pembuluh darah di kepala saya dan mengatakan agar sebaiknya saya dioperasi. Kemungkinan besar, pembuluh darah itu berkaitan dengan sel-sel saraf penglihatan. Dokter mengatakan, sebenarnya, proses penglihatan terjadi di otak, walaupun kita melihat dengan mata. Itu sebabnya benturan keras yang dialami kepala dapat merusak pusat penglihatan di otak. Dengan atau operasi, ada tiga kemungkinan yang bisa terjadi, saya menjadi lumpuh, buta, atau sehat seperti sedia kala. Tapi tindakan mengoperasi tentunya lebih baik daripada menunggu kemungkinan buruk terjadi.

Saya mengalami takut luar biasa. Saya berdoa pada Tuhan. Saat itu, saya bersaksi di hadapanNya bahwa ini adalah doa pamungkas dan terbesar selama hidup saya. Saya berjanji tidak akan pernah meminta apapun asalkan Tuhan mengabulkan doa yang ini. Saya berjanji akan selalu memberi tanpa pernah meminta asalkan saya tidak menjadi buta. Saya tidak ingin menjadi buta. Saya tidak bisa menjadi buta. Saya sangat kagum pada orang yang tidak dapat melihat namun bisa menjalani hidupnya dengan mental yang baik. Padahal ia telah kehilangan sesuatu yang amat berharga, menurut saya. Saat itu saya berkata padaNya, lebih baik ia mengambil nyawa saya daripada penglihatan saya. Selama hidup saya, ini adalah momen penghargaan terbesar saya pada mata. Sebuah karunia terindah yang Tuhan ciptakan.

Akhirnya kami putuskan untuk pergi ke Jakarta untuk pemeriksaan lebih lanjut. Setelah dokter melakukan MRI (magnetic resonanse imaging) pada kepala, dokter mengatakan tidak ada masalah serius pada susunan pembuluh darah di kepala saya yang perlu ditakuti. Keganjilan yang nampak sebelumnya, ternyata hanyalah pola susunan urat saraf yang sedikit berbeda dari umumnya. Dan tidak ada genangan darah dalam kepala saya, seperti kata dokter pada diagnosa sebelumnya. Semua prediksi itu musnah, begitu pula himpitan di dada saya. Tidak ada kata yang bisa diucapkan, selain syukur pada Tuhan yang Maha pemurah.

Pengalaman itu selalu menjadi cermin pengingat saya. Setiap saat saya menghadapi masalah dan kesulitan, pengalaman itu mengajarkan sesuatu hal pada saya. Jangan mengeluh. Saya telah diberi karunia terindah oleh Tuhan. Saya masih bisa melihat, mendengar dan berjalan dengan baik. Itu adalah modal untuk menghadapi semua masalah dan kesulitan yang saya hadapi.

Saya pernah berjanji untuk tidak meminta lagi ketika berdoa padaNya. Janji ini menjadi sebuah pernyataan untuk tidak mengandalkan sesuatu di luar diri saya. Janji ini juga yang membiasakan saya untuk percaya diri. Janji ini memaksa saya untuk tidak mudah mengeluh. Dengan berbuat, saya mewujudkan keinginan saya. Dan tetesan keringat, langkah kaki dan gores kernyit di dahi saya adalah bukti caranya. Saya harus berusaha menggunakan kemampuan saya dan tidak mengandalkan orang lain maupun meminta pada Tuhan tanpa berusaha.

Dalam proses berusaha yang dilandasi prinsip mengandalkan diri sendiri, muncul rasa percaya diri dalam diri saya. Rasa percaya diri untuk melihat sekeliling kita dengan seksama dan mencari solusi dari setiap masalah yang kita temui.

Janji untuk tidak meminta apapun lagi pada Tuhan janganlah dimaknai sebagai sebuah kesombongan. Janji ini tidak keluar dari rasa sombong. Berdoa meminta padanya bukanlah sebuah dosa. Karena secara naluriah, kita hanya bisa berharap pada yang Maha Kuasa atas segalanya. Tapi bagi saya, itu menjadi dosa. Karena artinya saya telah melanggar janji. Pernyataan “tidak akan meminta lagi” (bagi saya) bermakna bahwa tidak pantas lagi saya meminta padaNya jika Tuhan telah mengabulkan permintaan saya untuk tidak menjadi buta. Karena itulah permintaan terbesar saya.

Jika saya analogikan, ada seseorang yang meminta bantuan untuk dipinjami hutang kepada seorang saudagar. Si peminjam mengalami situasi yang sangat mendesak dan sangat membutuhkan uang itu. Orang itu memohon sambil berucap dia tidak akan meminjam uang lagi jika saudagar itu mau mengabulkan permintaannya yang ini. Inilah permintaan pamungkas si peminjam.

Sekarang, apakah pernyataan si peminjam itu mencerminkan sebuah kesombongan? Bukan. Persaksian tidak akan meminjam lagi itu adalah sebuah bentuk pernyataan yang wajar untuk menggambarkan besarnya keinginan si peminjam itu untuk mendapatkan uang pinjaman.

Berjanji untuk tidak meminta apapun lagi, tidak sama dengan tidak menginginkan apapun lagi. Manusia selalu memiliki keinginan dalam hidupnya. Saat Anda menginginkan sesuatu hal, apa yang Anda lakukan? Berusaha mewujudkannya? Atau Anda pasrah menyerahkannya pada Tuhan agar mewujudkan keinginan Anda? Atau Anda melakukan keduanya?

Misalnya Anda menggunakan cara pertama yaitu berusaha mewujudkan keinginan Anda dengan keringat Anda sendiri. Ada dua kemungkinan, Anda berhasil mewujudkannya atau Anda tidak berhasil. Jika berhasil, mungkin Anda merasa puas pada hasil kerja Anda. Jika tidak berhasil, mungkin Anda akan merasa kecewa karena Anda telah berusaha semaksimal mungkin.

Jika Anda menggunakan cara kedua, yaitu hanya berdoa saja, meminta Tuhan mengabulkan keinginan Anda. Jika berhasil, mungkin Anda akan merasa Tuhan mengabulkan doa Anda, Anda merasa Tuhan masih menyayangi Anda. Jika tidak berhasil, mungkin Anda akan merasa Tuhan tidak mau mengabulkan doa Anda. Anda merasa Tuhan tidak menyayangi Anda. Dan mungkin ratusan perasaan buruk sangka akan Anda layangkan pada diri Anda dan juga padaNya.

Pada cara yang ketiga, yaitu Anda berusaha mewujudkan keinginan Anda sambil berdoa padaNya. Jika berhasil, mungkin Anda merasa puas dengan hasil kerja Anda dan merasa Tuhan mengabulkan doa Anda. Tapi ketika ternyata keinginan Anda tidak berhasil terwujud, mungkin Anda akan bertanya-tanya apakah usaha Anda telah maksimal? Atau Tuhan belum mau mengabulkan doa Anda? Bahkan mungkin saja Anda bertanya-tanya mengapa Tuhan tega sekali tidak mengabulkan doa Anda.

Ada yang berpendapat, cara ketiga adalah yang paling ideal. Berusaha dan berdoa. Tapi ternyata, pada cara kedua dan ketiga, Anda akan sama-sama memiliki prasangka pada Tuhan. Entah itu prasangka positif atau prasangka negatif, tergantung pada cara Anda memandang masalah dan bukan pada tingkat keberhasilan Anda. Kita memang tidak bisa mengendalikan semuanya sesuai keinginan. Karena keinginan kita, ikhtiar kita bahkan mungkin doa kita dibatasi oleh keinginan, ikhtiar dan doa orang lain.
Sejak saya mendapat pelajaran berharga itu, saya berpandangan tidak ada doa yang tidak dikabulkan Tuhan, apalagi doa dalam kebaikan. Tapi yang perlu diingat, kita tidak hidup seorang diri di bumi ini. Doa dan usaha kita dibatasi oleh gerak hidup seluruh manusia di bumi ini. Keinginan dan kebebasan kita dibatasi oleh keinginan dan kebebasan orang lain.

Cara memandang ini mendorong saya untuk selalu berkarya. Sebuah karya yang bisa menjadi solusi masalah saya, membantu menyelesaikan masalah orang-orang terdekat saya maupun orang lainnya. Saya tidak akan menganggap remeh sebuah masalah sekecil apapun. Karena anggapan remeh itu bisa membuat kita enggan mencari solusinya. Menyingkirkan kaleng kemasan minuman di tengah jalan mungkin adalah sebuah solusi masalah kecil. Namun masalah kecil ini ternyata hanya salah satu ranting dari sebuah pohon masalah besar. Jika kita tidak bisa mencabut pohon besar masalah itu, menyelesaikan rantingnya saja bukanlah hal yang sia-sia. Pepatah Cina mengatakan, perjalanan ribuan mil dimulai dari satu langkah pertama.

Dalam keseharian, tidak selamanya pandangan hidup yang kita pegang melandasi seluruh tingkah laku kita. Ada saat-saat di mana perbuatan yang kita lakukan, perkataan dan pemikiran kita tidak sesuai dengan prinsip hidup kita. Saya menyebutnya sebagai waktu sekunder. Waktu sekunder yaitu waktu di mana kita berpolah tingkah laku sekedarnya, tanpa kendali. Pandangan hidup kita adalah kendali tingkah laku kita. Jika sebagian besar waktu kita diisi perbuatan yang di luar kendali, hanya berdasarkan keinginan, naluriah (insting) dan tidak mencerminkan pandangan hidup kita, maka itu artinya kita hanya memiliki waktu primer yang amat pendek. Padahal hasil terbaik dalam hidup ini adalah hasil yang dicapai oleh perbuatan baik yang dilandasi pandangan hidup yang benar. Hasil terbaik lahir di waktu primer kita.

Setiap kali saya berada dalam waktu sekunder, ingatan akan janji itu menjadi tali kendali untuk kembali pada waktu primer. Tali kendali ini meredakan id dalam diri saya. Saya yakin, semua perbuatan kita harus disadari secara penuh oleh akal pikiran.Apa yang mesti dilakukan ketika seseorang diberi hadiah terindah? Tentunya hadiah itu akan selalu dijaga dan digunakan sebaik mungkin. Semoga saja, dengan sepenggal cerita ini, kita bisa menuai hikmah. Mata penglihatan adalah sebuah karunia besar dari Tuhan. Menjaga kesehatan mata adalah terimakasih awal sebelum pada bentuk terimakasih selanjutnya. Hanya mata sehat yang bisa memberikan fungsi terbaik. Namun, hanya dengan menjaga kesehatan mata saja ternyata tidaklah cukup. Mempersembahkan seluruh hidup kita untukNya mungkin lebih layak untuk membalas kebaikanNya. Bagaimana caranya? Dengan menjalani kehidupan sesuai aturanNya. Yaitu menjadi bermanfaat bagi manusia lainnya.

Cobalah membayangkan. Jika dengan menjaga kesehatan mata saja belumlah cukup. Apalagi jika kita sama sekali tidak menjaga kesehatan mata penglihatan kita. Itu artinya, kita belum melakukan apapun untuk membalas karuniaNya. Menjaga mata adalah hal paling dasar yang wajib kita lakukan jika kita masih bersyukur untuk pemberian yang satu ini. Sama halnya jika kita bersyukur karena telah dikaruniai anak. Tentunya anak itu akan kita jaga dengan baik.

Butuh waktu bagi saya untuk memaknai janji saya ini secara benar. Pernah suatu ketika saya menghadapi suatu masalah, terbesit dalam pikiran bahwa saya merasa menyesal mengapa saya pernah berjanji pada Tuhan untuk tidak meminta lagi. Saya merasa telah membuat janji secara membabi buta. Tidak mungkin saya tidak meminta lagi padaNya. Apakah saya harus meminta pada selain Dia? Astaghfirullah.
Itulah inti dari makna janji saya. Kepada Tuhan saja, saya tidak boleh merengek meminta-minta lagi, apalagi kepada selain Dia. Akhirnya sedikit demi sedikit saya menemui pencerahan dalam pikiran saya. Saya percaya, Tuhan tidak melihat apakah kita berhasil menyelesaikan suatu masalah atau tidak, tapi Dia melihat, bagaimana kita melalui masalah yang kita hadapi, bagaimana cara kita menyelesaikannya. Saya yakin Dia tidak hanya mau melihat hasilnya tapi Dia pun sangat peduli pada proses meraihnya.

Pernahkah Anda mendengar bahwa semuanya berawal dari pandangan? Kata “pandangan” baik diartikan secara denotatif maupun konotatif, keduanya sama-sama membutuhkan objek di luar diri kita. pandangan adalah hasil perbuatan memandang, melihat. Dalam arti konotatif, pandangan berarti pendapat atau menurut. Kita membutuhkan keberadaan gunung jika ingin melihat gunung. Harus ada payung, jika kita ingin melihat payung. Bahkan untuk melihat diri sendiripun, kita membutuhkan pantulan cermin yang adalah objek di luar diri kita. Dalam arti konotatif, kata ‘pandangan’ pun memerlukan objek penyerta. Menurut Si A, penampilan Si B itu buruk. Artinya, untuk mengeluarkan pandangan tentang Si B, Si A perlu adanya Si B. Pandangan dalam arti konotatifnya, juga membutuhkan objek di luar diri.

Harus ada pandangan atau paham demokrasi jika kita ingin mengetahui demokrasi. Harus ada pandangan nasionalisme jika kita ingin memahami nasionalisme. Darimanakah seluruh pandangan tersebut berasal? Bisa dari orang lain di sekitar kita, di tempat lain atau pendahulu sebelum kita. Kita pun mampu memiliki pandangan atau pemahaman dari hasil proses berpikir sendiri. Rene Descartes, seorang filosof dan matematikawan besar dunia, mengatakan Cogito Ergo Sum. Artinya, saya berpikir, maka ada. Manusia dinyatakan ada, eksis, karena manusia berpikir. Dalam hidupnya, Descartes selalu meragukan segala sesuatu. Ia meragukan keberadaan pasti adanya tumbuhan, hewan dan manusia. Bahkan keberadaan dirinya pun ia sangsikan. Karenanya ia selalu berpikir dan meneliti. Baginya, berpikir adalah bentuk eksistensi, keberadaan manusia. Namun lagi-lagi, dalam berpikir pun, kita tetap membutuhkan objek di luar diri kita. Yaitu lingkungan sebagai ekosistem tempat kita tumbuh dan melahirkan semua ide-ide pemahaman itu.

Tidak mengandalkan sesuatu di luar diri kita tidaklah sama dengan tidak berhubungan dengan orang lain. Manusia bisa berkembang biak menjadi banyak, untuk bisa saling menolong. Tidak ada yang bisa hidup sendiri. Namun dengan semua pertolongan itu, pertolongan dari diri sendirilah yang menentukan langkah kita. Saya yakin, Tuhan hanya membantu umat yang mau menolong dirinya sendiri. Dan yang terpenting, bagi saya, ternyata keyakinan itu muncul dari mata.

Readmore »»

Rabu, 26 Maret 2008

Mimpi Bertemu Ariel Peterpan

Apakah istimewa bertemu Ariel? Tentu. Karena He is my Idol. I Love His Songs. His words. His Lyric. His melody. Adalah mimpiku, jika suatu saat Ariel mau menyanyikan laguku. I made them for him. My Songs..Berdoalah..Kehilanganmu..Hampa..Pokoknya ada banyak deh..Kamu tahu mengapa lagu Ariel Peterpan begitu istemewa?
Karena lagunya muncul di saat yang tepat. Ketika aku mengalami kesulitan berkomunikasi dengan seseorang, muncullah lagu ADA APA DENGANMU. Ketika di tengah rasa putus asa, aku memutuskan untuk menggantungkan mimpiku dan menggapainya, muncullah BINTANG DI SURGA. Ketika ada rasa lelah mencinta dan ingin mengakhiri yang tidak pernah bisa kuakhiri, muncullah YANG TERDALAM. Ketika semangat menapaki masa depan dan membuang masa lalu yang pahit, merasuki jiwaku, mucullah MENGHAPUS JEJAKMU. Ketika kurasakan dunia membenciku dan kuingin melepaskan diri dari dunia yang memuakkan, muncullah MELAWAN DUNIA. A..hh..semuanya ada di dalam lagi Ariel. Karena itulah aku mengidolakannya. Ia mampu menyuarakan isi hatiku dengan tepat. LOVE YOU ARIEL...KEEP IN CREATE!

Readmore »»

Selasa, 25 Maret 2008

I Lost My First Camera

Jakarta sudah banyak memberiku pelajaran. Dalam beberapa waktu ini, tiba-tiba aku ingin menjadi seorang fotografer. Aku membeli camera pertamaku. Bukan kamera profesional, hanya camera digital. Tapi camera ini bisa aku gunakan untuk mulai belajar fotografer karena ada setting manual di dalamnya. Namun di sore, di dalam biskota yang sangat lengang tidak seperti biasanya. Tas ranselku menjadi sedikit terbuka, begitu suamiku menyadari tasku terbuka dia segera menutupnya tanpa menyadari cameraku telah hilang. Kami mengetahuinya setelah tiba di kost.

Aku menangis lama, sedih. rasanya seperti kehilangan hal yang dicintai. begitu merana. Pyan suamiku juga. tapi tidak lama berselang, ia memelukku dan berkata kepadaku. Inilah kata-kata yang bisa menyembuhkan sakitku dan mungkin juga menjadi penyembuh bagi orang-orang yang kehilangan apapun yang dicintainya.

Jangan sedih. Ingatlah bahwa kita hanya kehilangan sebuah camera. camera itu bisa dibeli. Bayangkanlah, begitu banyak orang yang kehilangan sesuatu, seseorang, yang tidak dibeli dengan apapun. Kita hanya kehilangan yang kita miliki. Kita tidak akan kehilangan sesuatu yang tidak kita miliki. Orang yang hanya punya uang seratus ribu rupiah tidak akan kehilangan sejuta rupiah. Banyak orang yang kehilangan sesuatu yang tidak bisa dibeli. Kita masih beruntung. Kesedihanku mulai hilang, padahal tadinya aku menangis hampir satu jam.

Aku jadi tersadar, bahwa aku hanya kehilangan sebuah camera. Sebuah barang fungsional biasa yang bisa dibeli lagi. Kesedihan membuatku lupa, hakikat sebuah camera. Suamiku berkata, semoga camera kita membawa manfaat positif bagi yang telah mengambilnya. Semoga ini, dia mencopet untuk terakhir kalinya. Aku setuju. Padahal, dalam marah tadi, aku berdoa untuk kesialan pendopet itu selama hidupnya. Aku menyesal. Semoga doaku yang pertama tidak dikabulkan Tuhan.

Readmore »»